upacara terakhir

Tanggal 13 April 2009 adalah hari upacara bersama SMA Regina Pacis yang terakhir kali diikuti oleh Pak Suroto, guru Bahasa Indonesia.

Gw gak pernah diajar sama Pak Roto, tapi stidaknya gw sempet ikut lomba musikalisasi puisi yang pas saat itu beliau kita minta sarannya untuk musikalisasi puisinya (walau akhirnya kita gak menang sama sekali, konsepnya beda jauh sama peserta - peserta yang lain, hati panas dikomenin anak tere, yah gw pelototin ajah. hahahhaa.)

Pak Roto, beda sama Pak Harsono. Pemahaman dia akan puisi, mesti gw akuin jauh lebih tinggi daripada Pak Har. Tapi yang ngebuat beliau sangat sangat sangat berbeda sama guru - guru yang lain, adalah karismanya, sifat kebapakannya, dan buat gw, kesederhanaannya. Sikapnya yang bersahaja, sesuai dengan lirik himne skolah, ' Kami murid regina pacis, berjiwa pancasila, pantang menyerah,cinta damai dan hidup sederhana. '

Gw bukan orang yang pernah diajar oleh Pak Roto, mungkin bukan gw yang seharusnya nulis blog ini, mungkin kakak - kakak kelas gw, atau angkatan nyokap gw, tapi buat gw beliau adalah seseorang dengan karisma, seseorang dengan suatu yang berbeda.

So, here is my story for today.

Dimulai dengan hari senin, yang tidak terlalu cerah, seakan langit dan matahari, turut merasakan rasa dalam hati. Gw tau pasti ada upacara, dan udah siap dengan upacara itu.

Senin ini, upacara terakhir dalam tahun ajaran ini, karena setelah ini, pasti sibuk dengan begitu banyak ulangan umum dan ujian - ujian. Pada hari ini pula, Pak Suroto mengenakan kopiah, berbaju batik, menjadi pembina upacara dalam upacara hari ini. Awalnya gw gak kpikiran apa - apa. Tapi ternyata ini adalah upacara terakhir, upacara yang dia lalui setelah 4-5 tahun gak upacara. Katanya, " Saya sudah tidak mengikuti upacara kira - kira 4-5 tahun, terus terang, karena faktor umur. "

' Amanat pembina upacara, pasukan diistirahatkan. '

Pak Roto lantas berkata, " Kepada rekan - rekan dan nak guru yang saya hormati." (Nak guru karena Bu Rianti umurnya sama dengan anak pertama Pak Roto.) " Kepada murid - murid yang saya cintai, selamat pagi!" Lalu, dijawab dengan riuh rendah murid - murid, " Pagi, Pak! "

Karismanya, membuat dia tak usah berteriak untuk meminta perhatian murid - murid. Kita semua langsung memperhatikan, langsung diam dalam amanatnya.

Gw gak hafal semua kata - kata Pak Roto, terlalu sibuk beresin si hidung meler :P
Tapi secara sekilas, ada beberapa hal yang nyangkut banget buat gw. Pak Roto bilang kalau kita adalah perwakilan dari murid - murid Beliau sejak tahun 1978, yang langsung ngebuat gw teringat dengan nyokap , dengan koko gw. Gw mewakili mereka, bener kan? :)

Ada beberapa kata - katanya yang puitis, yang sarat dengan makna. Beliau berkata, " Bahkan rumput - rumput, hafal langkah kaki saya." Kata - kata yang sungguh bermakna, semakin menguatkan kesan pada gw, bahwa Beliau, adalah penghuni sejati sekolah kami.

Oh ya, Beliau juga berkata, inailahi wa inailahi rojiun (sori kalau salah, n.b : Pak Roto adalah seorang muslim), Beliau menekankan kalau kita lahir dari tanah dan akan kembali ke tanah, suatu perkataan yang menurut gw sungguh sangat benar, ah Pak Roto..

Beliau pun berkata apa sebab dia kerasan di sini (SMA Regina Pacis), Beliau bilang kalau faktor pertama adalah anak - anak muridnya. Salah seorang temannya, sangat terkesan ketika pergi ke skolah, lalu bertanya pada salah seorang murid tentang letak ruang guru. Teman tersebut langsung diantar oleh murid tersebut ke ruang guru, suatu perilaku yang menurutnya jarang terjadi di kota Jakarta ini (di sekolah - sekolah di Jakarta). Kemudian, Beliau juga bilang, kalau anak - anaknya sikapnya baik, walau ada kenakalan - kenakalan di sana sini, tapi semua kenakalan itu masih dalam batas kewajaran. Lalu faktor keduanya, adalah para guru. Para guru yang kompak membuat dia sangat kerasan di sini.

Masih berlanjut amanatnya itu, dia bilang kalau dari dulu, tahun 80-an kita selalu berhasil dalam prestasi akademik, kalau dulu muridnya cuma 18 orang, lalu bertambah, hingga 48 orang dalam satu kelas, sungguh sesak, bernafas saja susah ( dengan senyumnya yang khas).

Beliau pun terus berkata, tentang permintaan maafnya, yang diwakilkan oleh kami, yang masih menuntut ilmu di SMA. Permintaan maafnya kalau pernah menampar murid, menyuruh push- up 40 kali, menyuruh murid mengepel tempat retret hingga seminggu dsb. Beliau katakan , bahwa pada saat wisuda, semua murid - murid ini mengucapkan terima kasih atas tindakan Beliau.

Ada dua quotationnya yang sangat berarti buat gw hari ini :
1. 25 tahun yang pertama untuk menuntut ilmu, 25 tahun yang kedua untuk mengamalkan ilmu dan 25 tahun yang ketiga untuk mencari jalan kepada Allah yang Maha Kuasa.

Sungguh kata - kata yang membuat gw, sungguh menyesal gak lahir tahun 91, supaya bisa belajar sama dia!

Dan kedua ,
Kita hidup karena cinta, bla bla bla (gw lupa , hehe) , dan mati karena cinta. Intinya, Beliau berpesan bahwa ajaran utama Kristiani adalah cinta. ' Kita sekolah, karena kita cinta sekolah, Beliau melakukan profesinya, karena Beliau mencintai profesinya , dsb. '

Gw sungguh sungguh gak kuasa nahan hidung yang deres.

Di penghujung amanat, sedikit lagi sebelum selesai, Beliau bertanya, "Sudah lelah berdiri? "
Dan kita serentak menjawab tidak, dengan suara yang riuh rendah. Dan Beliau berkata lagi kalau kita pasti sudah lelah dan harap menahan diri lagi untuk 2-3 menit.

Ah ya, Beliau juga bilang, kalau di dalam kelas, kami semua dianggap sebagai anak - anaknya. (Tipikal guru favorit, :) penuh dengan rasa kebapakan.)

Lalu, ada perwakilan dari kelas XII, ci Maria Marcella. Dia berkata terima kasih kepada Beliau, lalu menceritakan tentang pengalaman dia. Ketika itu, anak - anak kelasnya (IPA) sedang gundah karena pada jam pelajaran terakhir , akan ada ulangan dalam pelajaran yang mayor dalam IPA. Ketika itu murid - murid terlihat sangat cemas. Beliau yang mengajar, memasuki kelas, dan bertanya mengapa mereka terlihat sangat cemas kepada anak yang duduk paling depan. Murid tersebut menjawab dengan terus terang bahwa akan diadakan ulangan. Kemudian, Pak Roto keluar dari kelas, dan kemudian kembali dengan membawa sesuatu yang dibungkus oleh koran, kemudian berjalan ke tengah kelas. Ternyata Beliau membawa wayang, dengan tokoh favoritnya adalah Bima. Beliau menceritakan tentang Bima kepada kelas tersebut, mengajarkan pada kami, bukan saja ilmu pelajaran , tapi juga ilmu kehidupan. Beliau juga berkata, bahwa pasti anak - anak tak akan mampu berkonsentrasi.

Pengalaman gw dengan Pak Roto gak banyak, gw seneng pas dia latih musikalisasi puisi, betapa dia dengan cepat memberi tahu tentang rima, tentang maksud dari kata - katanya, hanya dengan sekali baca! ( Beliau juga bilang ketika amanat, bahwa dulu SMA pernah masuk majalah Femina, Hai dan Suara Pembaruan dua kali, semuanya dalam hal kebahasaan, dan Beliau tidak bangga akan dirinya. Tidak. Beliau bangga akan murid - murid yang diajarnya kala itu. Gw pengen pengen sekolah gw bisa tetep eksis seperti sedia kala, seperti tahun 80an, tahun 90an.)

Dan sesudah amanat, dilanjutkan dengan ' Menyanyikan Lagu Nasional diikuti dengan Himne Regina Pacis.' Lagu Nasionalnya itu Garuda Pancasila. Gw tau, anak - anak pasti hidungnya mampet semua, suara kita langsung riuh rendah lagi. Beliau lalu berkata, " Ayo semangat! "
Gw tambah tambah mampet lagi hidungnya, berusaha lebih keras, tapi yang ada malah suaranya tambah geter. HAHA

Himne Regina Pacis, gw tambah menghayati kata demi kata dalam himne itu. Himne yang gw nyanyiin sejak TK hingga sekarang SMA. Dalam 12 tahun lama pendidikan yang udah gw lakuin, 12 tahun pula gw nyanyiin Himne ini. Dan hari ini, makin gw hayatin kata demi kata yang ada dalam himne yang gw bisa banggakan itu.

Kami murid Regina Pacis,
berjiwa Pancasila,
pantang menyerah cinta damai
dan hidup sederhana

Kami menuntut ilmu ,
dan membangun jiwa
berguna bagi agama, nusa serta bangsa
berbakti pada Tuhan dan kasih sesama.

Terimakasih kami ucapkan,
pada mereka yang berjasa,
para pembina pendidik
serta karyawan semua.

Kami berwatak berilmu,
karena mereka
kami akan wujudkan
segala cita - cita

Capai kebenaran,
dengan kasih dan cinta!

1 comments:

  1. Saya juga, meski cuma merasakan dibina Pak Roto sebentar saat Eskul Jurnalistik, bener" dah, langsung kharisma dn kata"nya bener" mantab. Ngomongnya lembut, kebapakaanya itu bikin Pak Roto jd guru kesayangan paling amat :"")

    Cara dia melihat hidup dengan cara pacifist... Coba aja banyak org kaya dia, sungguh tentram dan adem hidup rasanya

    ReplyDelete

 

Meet The Author

Michelle Josephine Sulaiman
19, almost 20.
Stranded in Abilene, TX after a long flight from Jakarta, ID.
9723.78 miles.
Ad veritatem per caritatem '11.